Friday, January 15, 2016

Tentang Hukum Allah

Setelah mendengar cerita dari Rendi, ibu kos, bude saya, keluarga paklik saya, dan melihat  apa yang bapak saya alami, saya mengambil kesimpulan bahwa rupanya hukum manusia terkadang tidak sesuai dengan hukum Allah. Uang dan rasa iri adalah dua hal yang berbahaya dan tak mengenal kemanusiaan dan moral apabila bertemu dan bereaksi secara negatif. Warisan mungkin memang terkadang tidak memiliki bukti tertulis yang dibuat dengan berbagai prosedur dan aturan yang berlaku, namun seperti yang dikatakan ibu kos, di surga hal itu juga ditulis, bahkan lebih dulu jadi daripada bukti yang dibuat manusia. 
Warisan mungkin terlihat tidak adil ketika diberikan kepada satu anak saja, namun tentu orangtua punya alasan sendiri mengapa anak itu mereka pilih untuk menerima warisan. Pak Rudi menerima warisan dari orangtuanya karena ia merupakan satu-satunya yang kurang sukses seperti saudara-saudarinya, sama seperti ibu teman saya yang menerima warisan karena saudari-saudarinya dinikahi oleh orang-orang kaya. Orangtua memutuskan dan di surga hal itu dicatat dan siapapun yang bermain-main dengan aturan itu akan mendapat konsekuensinya sendiri, demikian kata ibu kos. 
Demikianlah yang dapat saya bagikan kali ini.

Tentang Kos yang Dijual

Setelah pindah dari kos yang dulu dijual pemiliknya dan tinggal di kos baru selama satu semester, di liburan ini saya mendapati kos sekarang ini juga dijual. Alih-alih membuat kaget dan shock, hal ini justru ironis dan lucu, melihat begitu apesnya saya ketika berurusan dengan yang namanya kos-kosan. Namun untungnya, setelah mendengar cerita ibu kos, saya mungkin masih bisa menempati kos itu bersama keluarga pemilik kos hingga bulan Maret.
Jadi rupanya, menurut ibu kos, nasib keluarga ini seperti nasib keluarga teman saya Rendi. Bapak kos dahulu menempati rumah itu sebagai warisan dari orangtuanya, mungkin di awal 80-an. Di tahun 2015 ini, saudari dari bapak kos sepertinya iri hati dan ingin mendapat warisan itu juga, jadi dia berdiskusi dengan saudara-saudara lainnya yang ternyata justru setuju dengan pendapatnya untuk membeli rumah itu dengan harga murah. Hal ini membuat keluarga pak Rudi didesak terus menerus, dan semakin terpojok karena tidak ada yang mendukungnya. Jadi sekarang pak Rudi dan bu Ninik sedang mencari kontrakan. Mereka sebenarnya sudah memiliki rumah baru namun sedang dikontrak oleh sebuah keluarga dan mereka tidak mau mengusir mereka begitu saja, sehingga harus mencari kontrakan karena suasana di rumah kos tidak mengenakkan karena kehadiran para saudara pak Rudi yang selalu membuat keruh suasana. 
Ibu kos bercerita tentang hal ini hingga matanya berkaca-kaca. Setelah itu saya dengar pak Rudi memanggil ibu Ninik dan dengan segera ibu Ninik menghampiri pak kos dengan nada ceria yang sangat kontras dengan ekspresi wajahnya sewaktu bercerita kepada saya. Demikianlah rupanya cerita dibalik kos yang dijual ini.

Masuk Kuliah

Liburan yang lumayan panjang ini sudah tinggal dua hari saja. Setelah ini, hal yang seharusnya saya lakukan adalah segera melanjutkan progress skripsi dan sering-sering berkonsultasi dengan dosen pembimbing, namun setelah melalui liburan yang ternyata menggembirakan ini, rasanya berat untuk memulai lagi dan kembali ke kesibukan seperti pada waktu sebelum liburan. Karena hal ini, saya kadang mempertanyakan daya juang dan sempat berpikir bahwa rasa malas adalah penyebab saya tidak sidang di semester yang lalu. Mungkin cocok apabila dikaitkan dengan berhentinya skripsi saya di penghujung semester 7, namun beberapa faktor lain yakni tugas akhir yang banyak dan faktor dosen pembimbing juga tidak dapat dipungkiri; dua hal ini bukan hanya menghalangi saya, namun juga teman-teman sekelas.
Pada hari Senin ini, kampus akan terisi dengan aktivitas aktif seperti biasanya. Sementara itu, saya (rencananya) akan membenahi lagi skripsi saya dan mungkin beberapa teman akan mencari berbagai macam pekerjaan untuk mengisi waktu luang.