Friday, October 21, 2016

Euforia Wisuda (Semoga) Kegembiraan Seumur Hidup

Ditulis sehari setelah wisuda:


Euforia wisuda masih terasa hingga lebih dari 24 jam mulai dari saat setelah sidang ditutup. Sekarang saya sudah di rumah di Blitar, namun suasana hati masih dalam kegembiraan dalam kebersamaan dengan teman-teman di gedung Graha Cakrawala kemarin. Pada awalnya saya tidak begitu berekspektasi akan kemeriahan seperti ini. Saya pikir wisuda hanyalah sebuah acara seremonial biasa untuk meresmikan kelulusan. Bahkan, saya meminta ibu untuk berdandan biasa saja seperti hendak ke gereja di hari Minggu. Namun nampaknya bu Deny datang membuat hal ini tidak terjadi. "Kasihan Septian, acara wisuda itu meriah masak mamanya datang biasa-biasa saja," demikian ucap bu Deny. Beliau bersedia membantu persiapan tata rias ibu saya pada Sabtu pagi sebelum berangkat ke Graha Cakrawala. Bu Deny memang suka menyesuaikan penampilan dalam setiap kemeriahan, jadi kali ini beliau menerapkannya pada ibu saya.
Wisuda bersama tiga kawan terbaik


Saya berangkat ke kampus sekitar puku 6:15 dan disana sudah banyak wisudawan-wisudawati yang berkumpul, berbaris dan berjejal menunggu mulainya acara. Saya, Oni, Rendi, dan Satrio keluar barisan dan mencari udara segar di belakang. Lalu tak lama kemudian prosesi masuk dimulai dan kami berempat menyusul masuk tanpa barisan. Di dalam gedung, suasana sungguh meriah, para orangtua dan keluarga nampaknya sudah hadir mengisi semua tempat duduk di tepi.
Setelah beberapa menit, upacara dimulai dengan prosesi masuk para senat, rektor, dan dosen-dosen petinggi universitas. Saya melihat pemandangan ini sebagai suatu keindahan tersendiri; barisan para professor dan para pendidik berjubah dengan berkalungkan medali lambang kebesaran universitas tampak sangat gagah, hebat, dan mulia. Pemandangan ini selalu membuat saya kagum akan semangat dan dedikasi mereka dalam membangun dunia pendidikan menjadi lebih baik serta membaktikan hidup mendidik bangsa. Sungguh tepat sekali dalam lagu Hymne Guru, mereka disebut pahlawan bangsa. Sungguh gagah dan mulia! Menyaksikan semua kemegahan dan kemeriahan ini dengan duduk bersama kawan-kawan terbaik menjadi satu momen paling berharga dan berkesan di tahun ini; momen terbaik!
Kemeriahan dilengkapi dengan paduan suara, gamelan, dan orkestra yang bagus. Seluruh sarana-prasarana dalam upacara wisuda ke 83 juga tertata dan terorganisir dengan sangat baik. Salut kepada semuanya yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan seremoni ini. Kesempurnaan di setiap elemen menciptakan suatu euforia wisuda, yang bagi saya sangat kuat hingga kegembiraan ini bertahan hingga saat ini ketika saya mengetik teks ini. Tidak ada yang dapat mengusik hati saya, meskipun kemarin saya sempat terjebak dalam kemacetan, lalu pagi tadi ketika dalam perjalanan ke Blitar, ada beberapa pengguna jalan yang dungu, yang biasanya membuat jengkel. Namun, apapun situasinya, euforia kegembiraan ini terasa seperti gumpalan bola kristal yang bercahaya di jiwa. Seperti itulah saya membayangkannya, hahaha.
Jadi wisuda ini sungguh terasa melekat, menggembirakan, membuat saya terkagum, dan membangkitkan semangat dan sukacita akan hidup. Ini mengingatkan saya akan "Symphony No. 9" mahakarya Beethoven, atau biasa disebut "Ode to Joy", sebuah paduan orkestra dan koor yang mendendangkan lagu kegembiraan umat manusia, mengajak dunia untuk bergembira, bersukacita, dan bersyukur atas nikmatnya kehidupan dan indahnya bumi tempat Allah memelihara umat-Nya. Betapa indahnya.....
Musik ini menjadi lagu kemenangan bagi saya, yang biasa saya putar ketika dalam suasana gembira seperti sekarang ini. Namun, rupanya makna lagu ini bukan hanya suatu kegembiraan euforia saja, namun suatu kegembiraan sepanjang hidup. Seperti yang semua orang inginkan, saya ingin membuat hidup saya penuh kegembiraan, derma, dan sukacita, seperti yang tertulis pada lirik "Ode An Die Freude" ini. Sungguh indah kehidupan yang penuh perayaan, selebrasi! Betapa hidup akan jauh lebih berarti bila saya menjalaninya dengan kegembiraan!

Semoga anda juga menjalani kehidupan yang penuh kegembiraan!!!

Ucapan Terimakasih

Vivat academia, panjang umur Universitas!
Vivant professores, panjang umur para professor, pendidik-pendidik!

Mungkin terdengar seperti lembar Acknowledgement, namun ini bukan yang ada di dalam skripsi saya.

Dalam suasana penuh syukur ini, ijinkan saya mengucap syukur pada Tuhan, Allah Yang Mahabaik, Allah yang penuh kebesaran yang menganugerahkan kehidupan yang indah, keselamatan, dan pertolongan di setiap cobaan. Sungguh besar nama Allah, di bumi dan di surga dimuliakan selama-lamanya. Amin.
Saya ingin berterimakasih pada teman-teman semua, terutama teman-teman di jurusan Sastra Inggris.
Thank you, Oni, Satrio, Ribka, Rendi, Beti, Manyun, Rani, Bagas, Mirta, Akbar, Ainur, Ran, Kana, Virda, Rendy Cebol, Bibob, Octa, Levinda, Soelis, Mita, Mimir, Fisa, Sena, Coco, Andre, Dinny, Mega, Dewi, Septa, Shinta, Niken, dan semua teman jurusan yang baik, terimakasih! Sungguh menggembirakan menjalani 4 tahun bersama kalian semua! Mungkin saya terlihat banyak diam sepanjang waktu, namun saya sungguh menikmati kebersamaan dan selalu dipenuhi kegembiraan ketika bersama teman-teman. Setiap kali melewati atau masuk kampus, saya selalu merasa aman dan gembira meskipun sudah lulus dan tidak mengikuti perkuliahan seperti dulu. Saya selalu merasa menjadi bagian dari kelas. Sungguh bahagia! Terimakasih, kawan-kawan!!!!
Terimakasih juga untuk kawan baik saya Stanlee, Jashinta, budhe, keluarga saya, mas Yoga, Vrida, Bernardus, dan Laura! Dukungan dan perhatian kalian sungguh sangat berarti dan menghidupkan semangat dalam keterpurukan, terutama pada musibah dulu hingga di saat bangkit dan kembali ke tugas pokok menyelesaikan studi. Terimakasih, Tuhan memberkati!
Sungguh, saya juga sangat bersyukur pernah dididik dan diajar oleh orang-orang hebat seperti Pak Adnan dan Pak Johannes yang inspiratif, kedua dosen pembimbing, pak Kukuh yang sabar dan bu Maya yang seringkali memberi bantuan dan dukungan, serta semua pendidik dan staff yang telah ramah dan membantu saya, sebagai ucapan terimakasih, saya berdoa supaya Allah membalas semua jasa dengan berkah dan pahala melimpah; semoga senantiasa sehat dan sukses !
Universitas Negeri Malang, tercinta! Saya selalu merasa menjadi bagian dari universitas, sekalipun saya tahu akan jarang kembali kesana. Di luar, saya merasa seperti pecahan bintang yang berusaha menciptakan terang yang berguna bagi kehidupan banyak insan. Atau, seperti pejuang yang diutus ke negeri asing, sekarang saya memulai langkah saya di dunia luar dengan berbekal kecakapan yang telah didapat di tempat penempaan.
Terimakasih! Terimakasih para professor, pendidik, dan semua bagian dari Universitas!

Vivat academia, panjang umur Universitas!
Vivant professores, panjang umur para professor, pendidik-pendidik!
Semper sint in flore! Semoga selalu berkembang dalam karya!

Tuesday, October 4, 2016

Melamar Pekerjaan

Saya sudah mencoba mulai melamar pekerjaan, namun nampaknya tanpa ijazah dan transkrip nilai, dalam urusan administrasi saya kurang lengkap dan kurang mantap dalam persyaratan lamaran. Kalau dihitung, ada cukup banyak kesempatan yang terlewatkan karena pendaftarannya membutuhkan ijazah dan transkrip nilai. Saya merasa sedikit menyesal tidak mengurus penjajakan kelulusan dan yudisium sejak dahulu.

Hari-hari ini keadaan saya tidak begitu baik, terutama karena kekecewaan pada birokrasi karena tidak beresnya kartu keluarga. Saya susah apabila teringat satu hal ini. Namun terkadang, melihat orang lain yang sukses seperti mas Yoga juga membuat diri semakin terpuruk, apalagi karena belum mendapat pekerjaan yang "settle". 

Mas Yoga! Dia memang orang hebat! Dulu sebelum bekerja di perusahaan besar itu ia juga dalam kesulitan besar. Sekarang mas Yoga sedang bercanda ria di Jepang bersama teman-temannya. Oh, keliling dunia! Dulu saya bermimpi berkeliling dunia, atau setidaknya pergi ke Eropa ke suatu kota yang selalu di dalam benak. Sekarang, mungkin saya sedang dalam proses mewujudkan hal itu. 


Akhir Pekan di Trenggalek

"Meng lawange wis ditutup?
"Meng jane wis mangan lo"
"Meng jarene urong mangan?"
"Meng mangan pecel mbok ndhower nggarai mules"
"Meng..meng... mengkeret"
Begitulah candaan mblitar kami di sepanjang perjalanan ke Trenggalek.

Setelah direncanakan sejak lama, akhirnya hari ini mas Yoga berhasil mewujudkan harapannya mengajak saya, kakek, dan bulek jalan-jalan. Kami berangkat pagi dari rumah menuju Trenggalek. Tujuan utamanya adalah pantai Pasir Putih di Prigi dan Goa Lowo. Sepanjang perjalanan kami tidak pernah diam karena pakpuh membully logat Mblitar bulek saya yang berkata "Meng" (tadi). Kami semua jadi ikut-ikutan bermain-main kata dengan kata "meng" ini. Logat kekulonan ini memang tak pernah habisnya jadi bahan candaan karena memang terdengar asing dan menggemaskan terutama bagi yang sudah lama menggunakan bahasa Malangan.

....
Setelah dua jam perjalanan sampailah kami di Goa Lowo. 


Ternyata Goa Lowo yang mungkin tidak terkenal seperti pantai Prigi, memiliki keindahan alam yang menakjubkan. Terdapat banyak Stalagtit dan Stalagmit yang masih alami dengan berbagai bentuk. Untuk masalah pencahayaan foto, lampu-lampu di goa lumayan memberi penerangan pada sudut-sudut yang memiliki pemandangan indah. Di dalam goa, kami berjalan terus hingga hampir mencapai akhir, namun di 3/4 perjalanan kami kembali karena tidak tahan dengan bau kotoran kelelawar yang sangat menyengat.

Maka berpamitanlah kami dengan Goa Lowo yang mempesona lalu menuju destinasi utama, yakni Pantai Pasir Putih Prigi. Hanya berjarak 30 menit perjalanan, Pantai Pasir Putih Prigi ternyata sangat elok dan nyaman. Terdapat pohon-pohon rindang untuk berteduh di sepanjang pantai. Ada juga wisata banana boat dan perahu yag kami coba. Yang terakhir sangatlah memuaskan meskipun hanya berputar-putar teluk; saya mencelupkan tangan di dalam air terus, seolah-olah "salaman", beramah-tamah dengan laut. Mas Yoga yang mentraktir kami perjalanan ini sibuk merekam dan memotret pemandangan di depan perahu. Yang lainnya duduk bersantai melihat sekeliling.

Setelah 40 menit di naik perahu, kami beristirahat sejenak sambil mengemasi barang-barang karena sudah sore. Kami mencicipi ikan dan cumi asap yang dijual di sepanjang jalan masuk dan keluar pantai. Proses memasaknya lumayan lama, membuat kami harus bersabar menahan lapar. Namun, rasanya "worth it", ditambah samb
al dari mbak dan ibu penjualnya sangat enak. Harganya, menurut mas Yoga yang terbiasa hidup di Jakarta dan Malang, sungguh sangat murah. Menurut saya, ini sama seperti di Goa Lowo tadi; Harganya ramah bagi wisatawan yang ekonomis dan pelayanannya juga ramah, khas ala Trenggalek. menepi dan kami kembali ke daratan; beristirahat sejenak lalu pulang. Sebelum pulang, kami me

Akhirnya kami pulang. Semua tertidur pulas karena kenyang, kecuali pakpuh yang menyopir. Ketika sampai di perbatasan Trenggalek-Tulungagung, hujan deras turun dan genangan air di jalanan lumayan tinggi dan berbahaya bagi para pejalan kaki dan pengguna jalan lain di sisi kanan dan kiri. Sesampai di rumah, hujan masih deras dan usailah rekreasi bersama hari ini. 

Begitulah akhir pekan saya seminggu sebelum wisuda. Kalau anda pergi ke Trenggalek dan hendak berekreasi, saya merekomendasikan pantai Pasir Putih dan Goa Lowo. Dijamin rekreasi atau piknik anda memuaskan disana! 

Susahnya Urusan dengan Birokrasi

Mungkin hal yang sama juga dialami banyak orang. Tiga bulan yang lalu adik saya mengurus e-ktp tetapi tidak bisa karena kesalahan nama dan tanggal lahir pada KK. Sebulan yang lalu saya baru mulai mengurus perubahan data KK yang bisa dibilang sangat ribet. Lalu setelah itu adalah pengajuan cetak KK baru yang harus saya tunggu dua minggu untuk jadi, yang akhirnya masih terdapat kesalahan lagi. Kali ini kesalahannya baru; di awal, nama kepala keluarga sudah benar, hanya tanggal lahir dan nama saya dan adik yang salah. Namun setelah pembenaran data, justru kesalahan baru muncul, kepala keluarga salah.

Saya sangat geram bercampur kecewa pada urusan dengan birokrasi ini. "Kok bisa-bisanya mengurus satu KK saja selalu ada kesalahan. Seringkali karena saking marahnya, saya merasa seperti ingin meledak. Maka agar tidak berdampak buruk bagi orang lain, saya segera pulang dan pergi ke halaman belakang rumah dan melampiaskan kemarahan dan kekecewaan itu pada pohon pisang. Saya memukulnya sekuat tenaga hingga batangnya rusak. Mungkin terlihat bodoh, namun saya rasa ini adalah cara baik mengeluarkan energi negatif tanpa melukai hati orang lain. Saat ini saya pikir apa yang saya lakukan ini lebih baik daripada menahan kemarahan terus-menerus. Cara mengeluarkan kemarahan bermacam-macam. Memecahkan benda-benda juga sangat melegakan. Yang terpenting, orang lain sebaiknya tidak terkena dampaknya.