Ditulis sehari setelah wisuda:
Euforia wisuda masih terasa hingga lebih dari 24 jam mulai dari saat setelah sidang ditutup. Sekarang saya sudah di rumah di Blitar, namun suasana hati masih dalam kegembiraan dalam kebersamaan dengan teman-teman di gedung Graha Cakrawala kemarin. Pada awalnya saya tidak begitu berekspektasi akan kemeriahan seperti ini. Saya pikir wisuda hanyalah sebuah acara seremonial biasa untuk meresmikan kelulusan. Bahkan, saya meminta ibu untuk berdandan biasa saja seperti hendak ke gereja di hari Minggu. Namun nampaknya bu Deny datang membuat hal ini tidak terjadi. "Kasihan Septian, acara wisuda itu meriah masak mamanya datang biasa-biasa saja," demikian ucap bu Deny. Beliau bersedia membantu persiapan tata rias ibu saya pada Sabtu pagi sebelum berangkat ke Graha Cakrawala. Bu Deny memang suka menyesuaikan penampilan dalam setiap kemeriahan, jadi kali ini beliau menerapkannya pada ibu saya.
Wisuda bersama tiga kawan terbaik |
Saya berangkat ke kampus sekitar puku 6:15 dan disana sudah banyak wisudawan-wisudawati yang berkumpul, berbaris dan berjejal menunggu mulainya acara. Saya, Oni, Rendi, dan Satrio keluar barisan dan mencari udara segar di belakang. Lalu tak lama kemudian prosesi masuk dimulai dan kami berempat menyusul masuk tanpa barisan. Di dalam gedung, suasana sungguh meriah, para orangtua dan keluarga nampaknya sudah hadir mengisi semua tempat duduk di tepi.
Setelah beberapa menit, upacara dimulai dengan prosesi masuk para senat, rektor, dan dosen-dosen petinggi universitas. Saya melihat pemandangan ini sebagai suatu keindahan tersendiri; barisan para professor dan para pendidik berjubah dengan berkalungkan medali lambang kebesaran universitas tampak sangat gagah, hebat, dan mulia. Pemandangan ini selalu membuat saya kagum akan semangat dan dedikasi mereka dalam membangun dunia pendidikan menjadi lebih baik serta membaktikan hidup mendidik bangsa. Sungguh tepat sekali dalam lagu Hymne Guru, mereka disebut pahlawan bangsa. Sungguh gagah dan mulia! Menyaksikan semua kemegahan dan kemeriahan ini dengan duduk bersama kawan-kawan terbaik menjadi satu momen paling berharga dan berkesan di tahun ini; momen terbaik!
Kemeriahan dilengkapi dengan paduan suara, gamelan, dan orkestra yang bagus. Seluruh sarana-prasarana dalam upacara wisuda ke 83 juga tertata dan terorganisir dengan sangat baik. Salut kepada semuanya yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan seremoni ini. Kesempurnaan di setiap elemen menciptakan suatu euforia wisuda, yang bagi saya sangat kuat hingga kegembiraan ini bertahan hingga saat ini ketika saya mengetik teks ini. Tidak ada yang dapat mengusik hati saya, meskipun kemarin saya sempat terjebak dalam kemacetan, lalu pagi tadi ketika dalam perjalanan ke Blitar, ada beberapa pengguna jalan yang dungu, yang biasanya membuat jengkel. Namun, apapun situasinya, euforia kegembiraan ini terasa seperti gumpalan bola kristal yang bercahaya di jiwa. Seperti itulah saya membayangkannya, hahaha.
Jadi wisuda ini sungguh terasa melekat, menggembirakan, membuat saya terkagum, dan membangkitkan semangat dan sukacita akan hidup. Ini mengingatkan saya akan "Symphony No. 9" mahakarya Beethoven, atau biasa disebut "Ode to Joy", sebuah paduan orkestra dan koor yang mendendangkan lagu kegembiraan umat manusia, mengajak dunia untuk bergembira, bersukacita, dan bersyukur atas nikmatnya kehidupan dan indahnya bumi tempat Allah memelihara umat-Nya. Betapa indahnya.....
Musik ini menjadi lagu kemenangan bagi saya, yang biasa saya putar ketika dalam suasana gembira seperti sekarang ini. Namun, rupanya makna lagu ini bukan hanya suatu kegembiraan euforia saja, namun suatu kegembiraan sepanjang hidup. Seperti yang semua orang inginkan, saya ingin membuat hidup saya penuh kegembiraan, derma, dan sukacita, seperti yang tertulis pada lirik "Ode An Die Freude" ini. Sungguh indah kehidupan yang penuh perayaan, selebrasi! Betapa hidup akan jauh lebih berarti bila saya menjalaninya dengan kegembiraan!
Semoga anda juga menjalani kehidupan yang penuh kegembiraan!!!