Awal minggu adalah pukulan hebat bagi karir saya. Bos saya memberi peringatan karena ada banyak sekali ketidak lengkapan dokumen yang sudah saya periksa. Ia juga mengungkapkan kekecewaannya atas kinerja saya yang sembrono. Saya sendiri mengakui ketidaktelitian itu karena fokus pada belajar melakukan input data dan mengesampingkan tanggungjawab sebagai verifikator dokumen.
Sebagai pertanggungjawaban, saya diberi waktu dua minggu (minimal sebelum akhir minggu depan) untuk meminta MMS (bagian orang lapangan) melengkapi dokumen-dokumen yang kurang. Masalahnya adalah bahwa dokumen yang kurang lengkap itu ialah transaksi bulan Juni yang lalu. Sulit mendapatkan respon dan bantuan dari MMS untuk melengkapi kekurangan dokumen-dokumen tersebut karena mereka sendiri sudah sibuk dan sedikit waktu untuk mencari arsip transaksi bulan lalu.
Pikiran saya amburadul tak karuan karena hal ini. Pekerjaan sehari-hari sudah cukup memusingkan, ditambah beban ini. Muncul di pikiran saya untuk pasrah dan meminta bos memecat saya, supaya saya bisa kembali menjadi freelancer atau memenuhi panggilan suatu instansi. “Jika saya keluar dan menyetujui perjanjian dengan instansi itu, saya tidak akan pulang petang setiap hari seperti ini.” Pekerjaan saat ini memang seringkali membebani pikiran terutama karena jam kerja 12 jam (dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam normalnya {akhir bulan bisa sampai jam 10 malam}). Jika menjadi karyawan di instansi itu, saya akan dapat pulang jam 4 setiap hari rata-ratanya, dengan hari kerja sampai hari Sabtu. Akan tetapi, saya pikir ini bukan hal yang tepat dilakukan.
Memang dua hari di awal minggu ini menguras semangat dan tenaga; setiap hari ketika berangkat saya tidak bersemangat. Melihat orang-orang plat merah membuat iri hati (jam kerja dan kesejahteraan). Lalu ketika melihat orang-orang yang berwirausaha saya mbatin betapa mereka bebas dan tidak terikat seperti diri saya saat ini.
Melihat tumpukan berkas yang tidak lengkap itu benar-benar memusingkan. Sungguh ini menjadi momok. Saya lesu setiap hari dan lemas setiap berangkat ke kantor. Pikiran untuk resign terus mendorong saya. Namun, tiap kali saya mengeluh, ibu memberi nasehat untuk bertahan dulu sebisa mungkin. Saya yang sudah tidak punya semangat akhirnya menempuh suatu jalan terakhir.
Saya bersujud kepada Allah, mengakui ketidakmampuan dan keterbatasan diri untuk menanggung beban itu. Saya memohon ampun untuk dosa-dosa hina yang saya lakukan di minggu-minggu sebelumnya. Saya memohon belaskasih Allah karena telah berbuat keji dan jahat karena telah menghujat-Nya dengan pikiran-pikiran dan perbuatan yang hina-dina. Saya memohon kekuatan pada Dia yang empunya kuasa terbesar di alam semesta ini. Saya bersujud dan menyembah-Nya. Pagi-pagi sebelum berangkat dan di malam hari setelah pulang saya bersujud.
Saya juga mendengarkan sabda-Nya, terutama tentang bagaimana Allah menjanjikan kebahagiaan dan kehidupan bagi hamba-hamba-Nya yang takwa. “Allah memberkati Abraham, Ishak, Yakub, dan keturunannya. Allah menjanjikan mereka rencana besar-Nya pada diri mereka. Maka aku akan memohon ampun pada-Nya. Aku juga akan memohon supaya Ia membantuku dalam kesulitan, karena kuasa-Nya tak terbatas, kuasa-Nya yang terbesar di semesta ini. ”
Lalu saya juga mendapatkan beberapa kutipan dan permenungan orang-orang akan Sabda Allah:
“Manusia tidak bisa menyenangkan Allah dan yang bukan Allah yaitu iblis dan para pengikutnya di saat yang bersamaan.”(In Ezechielem Homiliae, 9).
“Dengan sungguh-sungguh Yakub berjuang dalam pergulatan hidupnya bersama dengan Allah. Sesudah pengalamannya yang mendalam, pandangan Yakub tentang Allah berubah. Dia pun mendapatkan berkat melimpah.”
“Pandangan Tuhan tertuju kepada mereka yang takwa, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya. Ia hendak melepaskan jiwa mereka dari maut, dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.
“Demi keselamatan hidup kalianlah, Allah menyuruh aku mendahului kalian ke Mesir.” (Kata-kata Yusuf kepada saudara-saudaranya yang dulu berbuat jahat padanya)
“Sebelum menjadi pembesar di Mesir, Yusuf mengalami banyak penderitaan akibat kejahatan saudara-saudaranya. Namun di dalam semuanya itu Yusuf melihat rencana besar Allah untuk memelihara kehidupan keluarganya.
“Kita bisa mengeluh karena semak-semak mawar memiliki duri/ bersukacita karena semak duri memiliki mawar.”
Kutipan-kutipan ini ialah berasal dari buku renungan dalam beberapa hari. Setelah saya kembali kepada Allah dan membaca sabda-Nya setiap hari, kutipan-kutipan ini terus melekat dalam kepala, dan menyatu dalam sebuah rangkaian yang beriring-iringan bersuara dalam hati.
Pertama, saya sadar bahwa selama ini setengah-setengah dalam ketaatan. Saya tidak total dalam mengabdi Allah. Sebagai hamba seharusnya saya hanya menyenangkan Allah semata dan selalu mengingat-Nya setiap saat sehingga akan terhindar dari dosa. Kedua, dalam masa kesulitan seperti ini seharusnya saya seperti Yakub, yang berjuang bersama Allah dalam setiap pergumulan hidupnya. Ketaatan adalah yang utama, karena Ia akan memerhatikan mereka yang takwa dan memelihara mereka di kala “kelaparan”. Saya harus lebih takwa pada Allah supaya Dia memelihara saya di masa “kelaparan” atau dalam kesulitan ini, serta percaya bahwa Allah telah merencanakan sesuatu yang besar bagi saya, seperti Yusuf melihat bahwa segala kesulitan yang ia hadapi adalah rencana Allah untuk memelihara kehidupan keluarganya dan keturunannya. Yang terakhir, dalam kesulitan ini saya menyadari bahwa saya bisa memilih bersukacita karena ada harapan di masa kesusahan ini. Harapan untuk bisa meraih kesuksesan di masa depan sebagai wirausahawan, harapan untuk bisa membahagiakan keluarga, dan harapan untuk menjadi insan yang berguna bagi orang banyak.
Namun, diatas semua harapan itu, saya percaya bahwa Allah memelihara saya, saya tak perlu khawatir. Allah memelihara Abraham serta keturunannya. Dia juga akan memberkati hidup saya. Semut dan burung pipitpun Ia pelihara, apalagi manusia makhluk yang paling Ia cintai.
Saya tak perlu khawatir masa depan. Allah telah menyiapkan semuanya.
Bantuan
Dengan bersujud dan menyerukan nama Allah, hati saya lebih tenang. Pikiran sayapun lebih jernih. Saya perlahan bisa mencicil tanggungan-tanggungan itu. Allahpun telah membantu saya, lewat bu Ira, orang tertinggi di wilayah operasional daerah ini, yang mengimbau anak buah MMSnya untuk melengkapi beberapa dokumen. Saat ini, beberapa dokumen sudah saya terima. Masih ada banyak kelengkapan yang belum saya dapatkan, namun sekarang saya lebih tenang dan percaya karena telah menyaksikan bagaimana Allah membantu saya dalam kesulitan dan menghibur kala saya bersusah hati.
“Mulialah Allahku, Allah Yang besar, Allah yang kudus, Allah yang Kekal dan berkuasa untuk selama-lamanya!!!
“Orang tertindas berseru, didengarkan Tuhan dan diselamatkan Tuhan dari segala derita.”
���'
No comments:
Post a Comment