Pagi ini saya mendapat kabar duka. Romo Eustacius Kusdianto, Pr, yang adalah pastor pembimbing gereja di Blitar ini meninggal pada pukul 00.25 tadi malam. Beliau akan dimakamkan di Surabaya, di seminari tinggi Providentia Dei, Laguna Surabaya.
Romo Kusdi merupakan sosok yang sangat familiar bagi saya karena dulu di SMA beliau menjadi animator spiritualis, atau pembimbing kerohanian siswa. Ketika saya mengenal beliau, menurut kabar dari orang-orang, Romo Kusdi saat itu sudah dalam keadaan yang berbeda pasca kecelakaan yang menimpa beliau. Namun, kepandaiannya tetap kentara diantara para formator (pembimbing) lainnya. Pandai dalam bahasa Latin, filsafat, teologi dan musik, romo Kusdi adalah pastor yang amat rendah hati dan merupakan salah satu formator favorit karena sabar dan tidak suka menegur. Di kampus saya juga menemukan sosok yang amat menyerupai romo Kusdi, yaitu Professor Muhammad Adnan Latief, yang statusnya tak perlu dipertanyakan lagi, namun sangat rendah hati dan mencintai mahasiswa-mahasiswinya (pernah suatu hari pak Adnan membatalkan tiket pesawatnya demi bisa hadir di kelas dan mengajar saya dan teman-teman). Sosok seperti romo Kusdi dan pak Adnan ini sangatlah menginspirasi dan memberi kebahagiaan bagi banyak orang.
Kepergian romo Kusdi bisa dikatakan terlalu mendadak. Beliau terkena pengerasan hati atau sirosis; penyakit yang hampir serupa dengan yang dialami nenek saya. Namun berdasarkan catatan medis, penyakit semacam ini memang tidak menimbulkan gejala di fase-fase awal dan di akhir, ketika kondisi sudah mendekati kritis, maka keadaan sudah tidak baik bagi penderitanya.
Untuk romo Kusdi yang saya hormati, semoga romo segera berjumpa Tuhan di surga. Di hari-hari Natal ini romo pergi; semoga para malaikat menyambut romo dengan sukacita dan damai sejahtera! Amin.
Selamat tinggal, romo! Ad Deus, Pater!!
No comments:
Post a Comment