Saya diperbolehkan pulang pada sore harinya namun tidak jadi karena setelah diperiksa, dokter memutuskan untuk memasang saya kateter. Kala itu warna air seni saya bercampur darah sehingga keesokan harinya, saya di rontgen lagi ditambah usg, yang hasilnya mengharuskan saya untuk opname. Saya terkena hematom hepar, atau luka hasil benturan pada liver, sehingga pada kateter, air seni bercampur darah. Mengerikan. Saya sungguh lemas dan pesimis luar biasa pada waktu itu karena memikirkan skripsi yang belum selesai ditambah memikirkan ayah yang tak segera ditolong. Jadi di rumah sakit, hari ke hari saya terus mengamati kantong kateter dan melihat perkembangannya (yang sangat lama).
Di ruang pasien bedah itu, saya sungguh merasa tidak nyaman karena panasnya udara dan rasa jenuh karena tidak dapat banyak bergerak serta karena merasa (bahasa jawanya pliket) atau perasaan tidak nyaman karena tidak mandi dan tidak bisa tidur nyenyak. Selain itu, benda asing (kateter) itu disamping membuat risih, menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa. Dalam keadaan seperti itu, pikiran dihantui dengan kekhawatiran akan keadaan ayah dan liver saya. It was very terrible! Saya tidak mampu menemukan kata lain untuk menjelaskan keadaan yang memilukan itu. Di ruang opname itu saya sungguh merasa kehilangan hidup saya, serta pilu karena merasa sungguh tidak berdaya disaat keluarga sangat membutuhkan tenaga saya. Namun saya beruntung memiliki tetangga-tetangga yang seperti saudara dan sanak saudara yang baik. Mereka semua juga turut 'repot' dalam musibah keluarga saya ini. Pak Sis (paman saya (suami adik ibu saya)) menguruskan jasa raharja, karena rs tidak menerima BPJS, sementara isterinya (bibi saya) menjaga saya di rs karena pada hari kedua, setelah berdiskusi dengan orang-orang terdekat keluarga kami, diputuskan bahwa ayah akan dibawa ke Solo karena di Wlingi tak kunjung ditangani. Demikianlah hari pertama dan kedua. Keluarga, tetangga, kawan, dan kenalan semuanya silih berganti memenuhi ruang opname saya dan bapak. Mereka menolong dengan cara dan kemampuan mereka masing-masing.
Hari-hari selanjutnya, ayah ditemani ibu selama di rawat di rumah sakit orthopedi di Solo, setelah diantar oleh mas Nanang, pak Sis, dan satu tetangga lain. Sementara itu, saya ditemani bibi (sesekali diganti oleh sanak dan saudara saya yang lain) selama opname di rs Wlingi.
Saya selalu berdoa untuk kesembuhan ayah dan syukurlah, Tuhan memberi keajaiban yang banyak dan besar untuk keluarga kami. Setelah pertolongan dari orang-orang, Tuhan menolong dengan membantu menormalkan kadar gula ayah saya dari 500 ke 138, menormalkan tensi dan kadar hb ayah sehingga setelah beberapa persiapan, ayah berhasil dioperasi (ternyata setelah di Solo, yang patah sebenarnya adalah tulang paha kanan, pergelangan tangan kanan, dan rahang kanan). Syukurlah operasi berjalan lancar dan ayah diperbolehkan pulang. Saya senang mendengar kabar-kabar baik yang datang. Mukjizat-mukjizat Tuhan (sekali lagi) secara nyata terjadi!
No comments:
Post a Comment