Tuesday, April 19, 2016

Kecelakaan

Dua minggu yang lalu, keluarga saya mengalami musibah. Saya dan ayah kecelakaan di daerah Kesamben, Blitar, ketika dalam perjalanan ke Singosari. Kala itu kami berangkat puku 4.00 pagi dan sampai daerah Kesamben pada sekitar pukul setengah lima. Saya tidak begitu ingat kejadian itu karena kalau mencoba mengingat kejadiannya, rasanya seperti mengingat kejadian dalam mimpi. Jadi, berdasarkan ingatan, waktu itu ketika melewati tikungan, sebuah mobil travel (elf) berwarna merah secara tiba-tiba muncul di depan kami dan berkecepatan tinggi, sehingga saya tidak punya kesempatan untuk menghindar. Setelah itu, saya tidak ingat-apa-apa lagi. Mungkin saya pingsan, karena setelah beberapa saat saya bangun di rerumputan di dekat ayah saya yang berdarah kelihatan bingung. Pada saat itu, saya merasa seperti bangun dari tidur dan mendapati kejadian mengerikan itu. Saya tidak percaya bahwa itu nyata dan mencoba menampar pipi, namun ternyata memang saya tidak bermimpi. Darah keluar dari mulut ayah dan saya begitu panik bercampur bingung.
"Pak sampean nggak popo pak? Sampean kok metu getihe pak, dodone sampean nggak popo?  Wetenge sampean loro opo enggak pak?" (saya bertanya apakah bapak merasakan sakit di perut atau di dada, karena begitu panik melihat darah keluar dari mulut bapak)
Ayah menjawab "Nggak popo le, aku. Mung sikilku tok sing loro saiki." (bapak menjawab tidak apa-apa, hanya saja kakinya terasa sangat sakit)
Saya lega mendengarnya namun masih sangat panik.
"Awakdewe iki arepe neng endi to le?" (kita ini mau kemana to nak?)
Ayah tidak ingat apa-apa tentang kemana tujuan kami, dan sayapun tidak mengerti mengapa saya bisa sampai di tempat itu dan kemana gerangan saya dan ayah pergi di pagi buta itu. Setelah beberapa saat berapa orang mulai berhenti dan menghampiri kami. Mereka bertanya apakah kami jatuh sendiri dan bagaimana bisa kecelakaan seperti itu, namun saya tidak bisa menjawab karena tidak ingat apa-apa. Satu orang lain berkata "paling iki ditabrak elf, iki ono spion e" (mungkin ini ditabrak kendaraan elf, ini spionnya ketinggalan). Selanjutnya, beberapa polisi datang dan menanyai kami namun saya dan bapak masih tidak bisa memberi jawaban karena tidak ingat. Kami dibawa ke UGD rs terdekat namun ditolak karena tidak mampu menangani, akhirnya kami dibawa lagi ke barat melewati tempat kejadian itu menuju rumah sakit Ngudi Waluyo Wlingi. Di perjalanan ayah meminta saya untuk menghubungi saudara, siapa saja untuk datang ke rs, sayang di hp saya hanya ada nomor keponakan jauh sekaligus tetangga saya yang kuliah di Malang. Akhirnya saya menghubunginya (dek Lian) dan meminta tolong untuk menelponkan ayahnya untuk ke rs Wlingi. 

Sesampainya di rs, kami langsung dimasukkan IGD namun masih di luar karena ruang IGD sudah penuh pasien lain yang juga mengalami cedera kecelakaan. Mas Nanang (saya memanggil ayah dek Lian demikian) waktu itu sudah sampai duluan di rumah sakit dan beliau langsung kebingungan melihat saya dan bapak yang mengerang kesakitan tanpa mendapat penanganan medis. Mas Nanang juga dibuat panik oleh polisi yang memintanya untuk mengurus beberapa hal penting. Jadi waktu itu di IGD, ayah saya mengeluh kesakitan luar biasa karena kaki kanannya berdarah dan hanya diperban saja lalu ditinggal perawat dan dokter, sementara saya mengeluh kesakitan luar biasa di daerah abdomen kanan dan punggung bawah. Beberapa saat kemudian orang-orang mulai datang, mulai dari bulek saya hingga tetangga-tetangga. Semuanya berkumpul disitu. Kami masih kesakitan. Ayah sangat putus asa karena sakit yang luar biasa dan tidak segera ditangani. Menurut hasil rontgen, ayah mengalami patah di tulang paha, kaki, dan pergelangan tangan, sementara saya tidak mengalami patah tulang, hanya kuku jari manis kanan yang mengelupas. Penanganan medis untuk ayah adalah perban dan anti tetanus, sementara saya hanya suntikan antibiotik. 

Menjelang siang, saudara-saudara dari Singosari, Malang, Blitar, serta tetangga-tetangga semuanya berdatangan menjenguk kami, begitupun pada sore hari hingga malamnya. Hari itu adalah hari yang sangat panjang bagi saya dan bapak, hari yang memilukan.

No comments:

Post a Comment