Monday, February 13, 2017

(Almost) Agents of 147

JANUARI, 26, 2017

Saya hampir saja menjadi agen call center 147 Malang di plasa telkom. Setelah lolos dari berbagai macam seleksi, saya mengikuti training yang menguras tenaga selama 14 hari. Namun di fase akhir alias ketika tandem aktif dengan agen senior, saya mulai tidak kuat karena menahan demam dan batuk yang berat. Akhirnya pada Senin siang saya ijin pulang dan sesampai di rumah budhe, saya langsung dilarikan ke IGD karena demamnya sudah semakin parah. Setelah dicek pertama, pihak RS memberitahukan bahwa itu adalah tanda-tanda demam berdarah sehingga harus dilakukan opname. Akhirnya, mau tidak mau masa training harus dikorbankan, yang berarti gugur. Saya mencoba menmberitahu leader apa yang saya alami dan memohon untuk diberi kesempatan ujian bersama batch baru, namun beliau hanya memberi simpati, bukan pertolongan, jadi saya harus tetap gugur karena telah tertinggal. Hal ini tentu mengecewakan, mengingat betapa susahnya perjuangan selama training itu. Disamping hal ini, mencari pekerjaan sangatlah sulit, apalagi untuk fresh graduate.


Namun yang paling menyedihkan adalah bahwa saya harus berpisah dengan rekan-rekan batch di masa training. Kami semakin baik mengenal satu sama lain dan saya merasa senang mereka menerima saya apa adanya. Semua orang sangat menyenangkan sehingga saya langsung krasan disana. Sungguh amat sayang saya tidak jadi bergabung bersama mereka.


Namun setelah dipikir ulang, rupanya tidak perlu menyesali, toh


jikalau diterima saya hanya akan digaji sedikit dan kesulitan untuk naik jenjang. “Kerja disini tidak boleh sakit,” demikian kata para senior disitu. Kalau tidak masuk akan mendapat pengurangan poin yang tentunya memastikan agen tertentu tidak akan bisa naik jenjang dalam jangka waktu (periode) yang telah ditentukan (*lama sekali). Satu hal lain yang memberatkan ialah bahwa tidak ada libur di hari raya dan tanggal merah. Jadi harus mengatur shift kerja sendiri apabila ingin libur pada tanggal-tanggal tertentu, dan hal ini tentunya sulit mengingat kebanyakan orang suka libur pada hari libur. Jadi, saya kini tidak begitu menyesali hal ini karena



tidak mungkin sakit itu terjadi secara cuma-cuma tanpa alasan. “Things happen for reasons.” Saya percaya yang lebih baik telah ditentukan untuk diri saya. Satu hal lagi agar tidak membuat penyesalan bersarang; tidak ada sesuatu yang sia-sia. Di infomedia saya mengenal teman-teman yang baik di batch training. Materi-materi yang diberikan juga tidak akan useless. Ada beberapa yang tertanam di dalam sanubari dan menggugah jiwa untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan dan berjuang lagi demi keluarga. 

No comments:

Post a Comment