JANUARI, 26, 2017
Saya hampir saja menjadi agen call center 147 Malang di plasa telkom.
Setelah lolos dari berbagai macam seleksi, saya mengikuti training yang
menguras tenaga selama 14 hari. Namun di fase akhir alias ketika tandem aktif
dengan agen senior, saya mulai tidak kuat karena menahan demam dan batuk yang
berat. Akhirnya pada Senin siang saya ijin pulang dan sesampai di rumah budhe,
saya langsung dilarikan ke IGD karena demamnya sudah semakin parah. Setelah
dicek pertama, pihak RS memberitahukan bahwa itu adalah tanda-tanda demam
berdarah sehingga harus dilakukan opname. Akhirnya, mau tidak mau masa training
harus dikorbankan, yang berarti gugur. Saya mencoba menmberitahu leader apa
yang saya alami dan memohon untuk diberi kesempatan ujian bersama batch baru,
namun beliau hanya memberi simpati, bukan pertolongan, jadi saya harus tetap
gugur karena telah tertinggal. Hal ini tentu mengecewakan, mengingat betapa
susahnya perjuangan selama training itu. Disamping hal ini, mencari pekerjaan
sangatlah sulit, apalagi untuk fresh graduate.
Namun yang paling menyedihkan adalah bahwa saya harus berpisah dengan
rekan-rekan batch di masa training. Kami semakin baik mengenal satu sama lain
dan saya merasa senang mereka menerima saya apa adanya. Semua orang sangat
menyenangkan sehingga saya langsung krasan disana. Sungguh amat sayang
saya tidak jadi bergabung bersama mereka.
Namun setelah dipikir ulang, rupanya tidak perlu menyesali, toh
jikalau diterima saya hanya akan digaji sedikit dan kesulitan untuk naik
jenjang. “Kerja disini tidak boleh sakit,” demikian kata para senior disitu.
Kalau tidak masuk akan mendapat pengurangan poin yang tentunya memastikan agen
tertentu tidak akan bisa naik jenjang dalam jangka waktu (periode) yang telah
ditentukan (*lama sekali). Satu hal lain yang memberatkan ialah bahwa tidak ada
libur di hari raya dan tanggal merah. Jadi harus mengatur shift kerja sendiri
apabila ingin libur pada tanggal-tanggal tertentu, dan hal ini tentunya sulit
mengingat kebanyakan orang suka libur pada hari libur. Jadi, saya kini tidak
begitu menyesali hal ini karena
tidak mungkin sakit itu terjadi secara cuma-cuma tanpa alasan. “Things
happen for reasons.” Saya percaya yang lebih baik telah ditentukan untuk
diri saya. Satu hal lagi agar tidak membuat penyesalan bersarang; tidak ada
sesuatu yang sia-sia. Di infomedia saya mengenal teman-teman yang baik di batch
training. Materi-materi yang diberikan juga tidak akan useless. Ada
beberapa yang tertanam di dalam sanubari dan menggugah jiwa untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan dan berjuang lagi demi keluarga.
No comments:
Post a Comment