Monday, February 13, 2017

Bagaimana Satu Hari Bisa Penuh dengan Beragam Perasaan

JANUARI, 5, 2017

pagi

Setelah merayakan ulang tahun mbak Nasya semalam, setelah kebahagiaan dan suasana hangat dalam kegembiraan itu, pagi ini saya bangun dengan senang hati. Saya senang sekali karena berjumpa dengan Rendi kawan baik saya. Kami mendatangi kantor Telkom Malang pagi ini untuk melamar pekerjaan. Disana kami berdua menerima keramahan satu guest officer yang amatcantik dan seorang resepsionis yang tak kalah molek juga. Namun tadi tidak jadi karena disuruh datang lagi besok. Lalu setelah itu saya berpencar, Rendi melamar pekerjaan di hotel sementara saya ke rumah Oni, satu kawan baik saya. Sudah lama tidak berjumpa, saya senang sekali dapat bercakap-cakap lagi dengan Oni ini apalagi soal kesamaan ide dan pandangan pada satu permasalahan masyarakat global ini. Disana juga tersedia PS 4 sehingga lumayan menyenangkan bisa bermain FIFA lagi. Disamping ini, ada pak Ainin yang sungguh ramah pada saya semenjak dahulu; rasanya senang sekali menjumpai kerabat yang sudah lama tidak berjumpa.

sore

Hujan turun deras. Saya terjebak di sebuah toko. Hendak membeli mantel kresek namun nampaknya tidak ada. Akhirnya saya menunggu hujan reda dan nampaknya hujan mendung putih. Setelah kurang lebih satu jam, hujan masih belum reda dan pemilik toko itu tiba-tiba memberi saya dan seorang lain yang juga “kejenggreng” mantel plastik. Saya berkata akan memakainya dan mengembalikannya esok hari namun orang itu menolak dan berkata supaya saya membawanya saja. Saya mengucap banyak terimakasih pada penolong ini; akhirnya saya bisa pulang melanjutkan perjalanan dan barang-barang di tas aman semuanya.

petang

Budhe dan pakpuh duduk di teras. Saya datang, makan lalu mandi air hangat. Setelah itu saya bergabung dengan budhe dan pakpuh mengobrol-obrol hangat tentang banyak hal. Hingga jam menunjukkan pukul 08:30 kami semakin ngantuk dan berniat mengunci gerbang.

malam

Tiba-tiba seorang pria yang lumayan saya kenali datang bertamu. Saya punya firasat tidak baik, namun langsung masuk ke kamar meninggalkan pakpuh, budhe, dan orang itu. Pada awalnya percakapan mereka bertiga baik-baik saja. Namun tiba-tiba nadanya semakin meninggi. Nampaknya ini sudah mulai masuk ke satu permasalahan rumah tangga yang serius. Pakpuh terdengar menutup pintu depan (mungkin melihat saya yang berada di bibir pintu kamar dan kelihatan dari luar). Saya merasa tidak enak dan menutup pintu kamar, namun dengan begitupun percakapan di luar masih bisa terdengar. Keadaan semakin memburuk; budhe terdengar kecewa dan menangis dan marah juga. Perasaan saya berdebar-debar. Sungkan bercampur aduk dengan ketakutan.
Oh Tuhan mengapa saya berada disini ketika terjadi hal ini?” demikian saya mengadu.

Sekarang saya menuliskan pengalaman satu hari ini, lalu mengantuk. Sepertinya saya akan tidur. Semoga demikian; dan besok pagi akan membuka lembaran hidup yang kosong lagi. Hidup berlanjut.



No comments:

Post a Comment