JANUARI, 5, 2017
pagi
Setelah merayakan
ulang tahun mbak Nasya semalam, setelah kebahagiaan dan suasana hangat dalam
kegembiraan itu, pagi ini saya bangun dengan senang hati. Saya senang sekali
karena berjumpa dengan Rendi kawan baik saya. Kami mendatangi kantor Telkom
Malang pagi ini untuk melamar pekerjaan. Disana kami berdua menerima keramahan
satu guest officer yang amatcantik dan seorang resepsionis yang tak kalah molek
juga. Namun tadi tidak jadi karena disuruh datang lagi besok. Lalu setelah itu
saya berpencar, Rendi melamar pekerjaan di hotel sementara saya ke rumah Oni,
satu kawan baik saya. Sudah lama tidak berjumpa, saya senang sekali dapat
bercakap-cakap lagi dengan Oni ini apalagi soal kesamaan ide dan pandangan pada
satu permasalahan masyarakat global ini. Disana juga tersedia PS 4 sehingga
lumayan menyenangkan bisa bermain FIFA lagi. Disamping ini, ada pak Ainin yang
sungguh ramah pada saya semenjak dahulu; rasanya senang sekali menjumpai
kerabat yang sudah lama tidak berjumpa.
sore
Hujan turun deras.
Saya terjebak di sebuah toko. Hendak membeli mantel kresek namun nampaknya
tidak ada. Akhirnya saya menunggu hujan reda dan nampaknya hujan mendung putih.
Setelah kurang lebih satu jam, hujan masih belum reda dan pemilik toko itu
tiba-tiba memberi saya dan seorang lain yang juga “kejenggreng” mantel plastik.
Saya berkata akan memakainya dan mengembalikannya esok hari namun orang itu
menolak dan berkata supaya saya membawanya saja. Saya mengucap banyak
terimakasih pada penolong ini; akhirnya saya bisa pulang melanjutkan perjalanan
dan barang-barang di tas aman semuanya.
petang
Budhe dan pakpuh duduk
di teras. Saya datang, makan lalu mandi air hangat. Setelah itu saya bergabung
dengan budhe dan pakpuh mengobrol-obrol hangat tentang banyak hal. Hingga jam
menunjukkan pukul 08:30 kami semakin ngantuk dan berniat mengunci gerbang.
malam
Tiba-tiba seorang pria
yang lumayan saya kenali datang bertamu. Saya punya firasat tidak baik, namun
langsung masuk ke kamar meninggalkan pakpuh, budhe, dan orang itu. Pada awalnya
percakapan mereka bertiga baik-baik saja. Namun tiba-tiba nadanya semakin
meninggi. Nampaknya ini sudah mulai masuk ke satu permasalahan rumah tangga
yang serius. Pakpuh terdengar menutup pintu depan (mungkin melihat saya yang
berada di bibir pintu kamar dan kelihatan dari luar). Saya merasa tidak enak
dan menutup pintu kamar, namun dengan begitupun percakapan di luar masih bisa
terdengar. Keadaan semakin memburuk; budhe terdengar kecewa dan menangis dan
marah juga. Perasaan saya berdebar-debar. Sungkan bercampur aduk dengan ketakutan.
“Oh Tuhan mengapa
saya berada disini ketika terjadi hal ini?” demikian saya mengadu.
Sekarang saya
menuliskan pengalaman satu hari ini, lalu mengantuk. Sepertinya saya akan
tidur. Semoga demikian; dan besok pagi akan membuka lembaran hidup yang kosong
lagi. Hidup berlanjut.
No comments:
Post a Comment